SURAKARTA – Kampus STMIK dan AT AUB Solo, Minggu 13 Juni 2021 kemarin terlihat ramai, semarak, tertata dan bagaikan orang yang punya gawe atau hajatan, karena para peserta, dewan juri, penerima tamu mengenakan baju adat Jawa, pecis, blangkon dan hampir berwarna hitam. Entah mengapa suasana bersahaja dan rata rata peserta berusia diatas 40 tahunan. Rupanya mereka penghobi mania burung perkutut dan derkuku yang selama ini telah bertualang ikut lomba berskala nasional.
Acara yang dibuka secara resmi oleh Ketua STIE AUB Surakarta, Dr. Agus Utomo, SE, MM itu berjalan aman dan lancar, dan tetap mengikuti aturan protokol kesehatan (prokes) yang diwajibkan oleh pemerintah.
“Kita harus ikut serta mendukung upaya pemerintah yakni menyelamatkan burung burung hobi kesukaan para rana, sesepuh dan abdi dalem keraton. Karena perkutut itu punya sejarah kuat yang ada kaitanya dengan kerajaan pada waktu itu.
Dipandang hampir punah keberadaanya, maka AUB juga punya andil dalam pelestarian alam yaitu sering menggelar lomba burung ocehan yang jenisnya ada koreasi dengan sejarah. “ungkap Agus Utomo.
Hadir dalam acara tersebut Gusti Puger dari Kraton Solo, Pejabat AUB, para penggemar mania jenis burung tersebut. Mereka para penghobi yang juga peternak burung. Suara kutut dan derkuku yang baik itu seperti apa ? yang jelas suaranya yang keras, merdu, berulang ulang atau tak henti henti selama di gantangan.
Banyak kriterianya mas,” tandas R. Putra (Ketua Panitia Pelaksana lomba dari P4 LSI Korwil Surakarta)
“Kemarin. Ia menambahkan, Apa yang kami gelar ini tidak semata mata lomba, tetapi juga karena ingin melestarikan alam dengan menyelamatkan ekosistem burung langka, maka dengan kegiatan seperti ini agar burung burung tersebut tidak punah, akan terapi kita semua ikut melestarikannya, ” Harapnya.
Kegiatan lomba berakhir sore hari dan ditutup dengan penyerahan hadiah, piala, sertifikat dari panitia kepada pemenang lomba. (Ris/Pras/Raka/Erna/r/panut)
Editor: Seno