Solo Documentary (SODOC) Film Festival adalah sebuah festival film dokumenter yang diselenggarakan oleh perkumpulan Solo Documentary. SODOC Film Festival bermula dari keresahan sekelompok Pemuda akan kurangnya intensitas pemutaran film dokumenter di Kota Solo.
Lintasindonews.com, Solo. Festival ini digelar setiap dua tahun sekali di tahun genap, pada tahun 2018 SODOC Film Festival mengangkat tema “Merekam Refleksi Keberagaman”, pengambilan tema tersebut karena dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia masih sering terjadi konflik antar individu, golongan, kelompok yang dilatar belakangi oleh perbedaan – perbedaan yang ada.
Dalam rangkaian SODOC Film Festival diadakan berbagai macam kegiatan seperti kompetisi film dokumenter tingkat Nasional, roadshow pemutaran film dokumenter dan kelas alternatif film dokumenter.
Kompetisi film dokumenter yang di buka mulai bulan februari sampai September 2018 ini telah menghasilkan 4 film terbaik per kategori dari 69 film terdiri dari 11 film kategori Pelajar (SMA/SMK sederajat), 44 film kategori Mahasiswa, dan 14 film kategori Umum yang nantinya akan memperebutkan gelar film terbaik juri dan film terfavorit penonton.
Adapun film yang menjadi nominasi SODOC Film Festival 2018 adalah film “Sum” karya Firman Fajar Wiguna, “Rantai Emas” karya Sri Yatin, “Cahaya Penghidupan” karya Hamid Abdul Khodir, “Bulan di Antara Bintang – Bintang” karya Dafan Cahyo Rustanto pada kategori pelajar, film “Batasku di Pelupuk Mata” karya Fatrul Syahputra, “Niqab: We Are Not Different” karya Muhammad Al Fayed, “Ojek Lusi” karya Winner Wijaya, “Tole (Children On The Street)” karya Fuad Hilmi Hirnanda untuk kategori mahasiswa, film “Nyala Api Asmara Hadi” karya Agus Sutiana, “Karnaval” karya Nova Dian Santoso, “Lewotana” karya Protus Hyasintus Assalang, “Khatulistiwa di Bawah Langit Poncowinatan” karya Vedy Santoso pada kategori Umum.
Film – film terbaik tersebut diputar pada malam puncak SODOC Film Festival pada tanggal 18 dan 19 Oktober 2018 diakhiri dengan malam penganugerahan pada tanggal 20 Oktober 2018, dihadiri oleh tamu undangan termasuk Wali Kota Surakarta dan Kepala Pusat Pengembangan Perfilman Indonesia. Selain film nominasi, juga ada film dokumenter tamu seperti film “Tarling is Darling” karya Ismail Fahmi Lubis, film“Sihung” karya Esa Hari Akbar, film “Denok dan Gareng” karya Heni Matalalang, dan beberapa film dokumenter dari Asia Tenggara. Pemutaran akan bertempat di Taman Balekambang, tepatnya di Jl. Depok 1, Manahan, Banjarsari, Kota Surakarta dan tanpa di pungut biaya.
Kegiatan lain yang bisa diikuti yaitu kelas alternatif bertajuk ngobrol bareng dengan pengisi yang sudah profesional di bidangnya, yaitu Adrian Jonathan Pasaribu sebagai pengisi kelas kritik film, Jason Iskandar sebagai pengisi kelas manajemen. Untuk peserta nominasi akan mendapat kelas pembiayaan film yang diisi oleh Agung Sentausa (Ketua Bidang Fasilitasi Pembiayaan Film Badan Perfilman Indonesia) dan kelas Sertifikasi yang diisi oleh Gunawan Pagaru (Ketua Bidang Organisasi dan Jaringan Badan Perfilman Indonesia).
Malam Puncak Solo Documentary Film Festival ditujukan untuk masyarakat umum, diharapkan kedepannya SODOC Film Festival dapat menjadi salah satu perayaan film dokumenter yang dinantikan oleh masyarakat di Indonesia khususnya di Kota Solo. Demikian Press Realese, yang di kirim pihak manajemen Solo Documentary Film Festival melaui email redaksi.
Konributor : Dani
Editor : Rian Hepi