Sragen di Persimpangan: Saatnya Pemerintah Hadir Lebih Dekat dengan Rakyat

Sragen di Persimpangan: Saatnya Pemerintah Hadir Lebih Dekat dengan Rakyat

Loading

OPINI MAHASISWA

Opini: Mengingatkan Pemerintah Kabupaten Sragen agar Lebih Peka terhadap Aspirasi Masyarakat

Oleh: Adiat Santoso
Mahasiswa UBY Prodi Ilmu Hukum, Pemerhati Kebijakan Publik Kabupaten Sragen


Sragen — Dalam pusaran dinamika pembangunan daerah, Kabupaten Sragen kini menatap masa depan dengan harapan dan tantangan yang sama besar. Di bawah kepemimpinan Bupati Sigit Purnomo, geliat pembangunan memang tampak di berbagai lini: jalan diperbaiki, gedung pelayanan berdiri megah, dan digitalisasi administrasi mulai bergulir. Namun di balik kemajuan fisik itu, masih bergaung suara lirih dari masyarakat yang merindukan pelayanan publik yang benar-benar dekat, cepat, dan berkeadilan.

Pelayanan publik sejatinya bukan sekadar urusan prosedur dan berkas, melainkan wujud nyata kasih pemerintah kepada rakyatnya. Di sinilah persoalan muncul — ketika birokrasi berjalan lamban, pegawai bersikap dingin, atau aspirasi rakyat hanya berhenti di meja rapat. Keadaan seperti ini tak hanya menimbulkan kekecewaan, tapi juga mengikis kepercayaan warga terhadap pemerintah daerah.

Bupati Sigit memiliki peluang besar untuk mengubah haluan itu. Dengan karakter kepemimpinan yang lebih mendengar, beliau bisa menegaskan bahwa aparatur bukanlah penguasa kecil di balik meja, melainkan pelayan masyarakat yang bekerja dengan hati. Membangun sistem digital memang penting, tetapi membangun empati jauh lebih bermakna.

Kini saatnya Pemerintah Kabupaten Sragen melakukan pembenahan menyeluruh. Mulai dari perbaikan tata kelola administrasi kependudukan, pelayanan perizinan usaha, penyaluran bantuan sosial, hingga peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pengawasan internal harus diperkuat agar tidak ada ruang bagi penyimpangan, sementara inovasi teknologi harus diarahkan untuk memudahkan rakyat, bukan mempersulit.

Namun langkah strategis itu akan kehilangan ruhnya bila pemimpin tidak hadir di tengah rakyat. Sudah saatnya Bupati Sigit lebih sering turun ke desa-desa, menatap langsung wajah-wajah yang menunggu uluran tangan pemerintah. Mendengar keluh, merasakan getir, dan menjawab harapan dengan tindakan nyata. Sebab, kepemimpinan sejati bukan diukur dari seberapa banyak program diluncurkan, tetapi dari seberapa besar manfaat yang benar-benar dirasakan masyarakat.

Harapan rakyat Sragen sederhana — mereka tidak meminta kemewahan, hanya pelayanan yang cepat, adil, dan manusiawi. Jika kehadiran pemerintah kembali terasa hingga ke pelosok, maka Sragen akan tumbuh menjadi kabupaten yang bukan hanya maju secara fisik, tapi juga hangat secara sosial.

Kini, pilihan ada di tangan Bupati Sigit. Akankah beliau menjadikan pelayanan publik sebagai wajah baru pemerintahan yang berjiwa rakyat? Ataukah Sragen akan terus berjalan di tempat, terjebak di antara niat baik dan realitas birokrasi?

Yang jelas, rakyat menunggu. Dengan harapan yang masih menyala — agar pemerintah benar-benar hadir, bukan hanya terlihat.

Redaksi