Suwarsino: Pemerhati Sosial
OPINI, Semenjak kejadian yang sangat memalukan dan sangat ngisin – ngisini masyarakat Karanganyar dan sekitarnya, kita tunggu saja apa tindak lanjut dari kepolisian.
Menurut hemat saya pribadi selaku pemerhati sosial, kejadian ini jangan sampai terulang lagi. Pasalnya konser yang di nanti banyak orang ini, sungguh miris, ibarat kata sudah pesan nasi goreng tapi barangnya tidak ada.
Ini salah siapa? Mereka terlihat saling lempar tanggung jawab. EO yang seharusnya bekerja secara profesional, tapi hanya sekelas kegiatan karang taruna di desa.
Ini event besar lho?? Bukan event 17 agustusan tingkat RT. Apalagi ini sudah menyangkut nama De Tjolomadoe, tempat bersejarah milik kabupaten Karanganyar provinsi Jawa tengah.
Polisi harus segera bertindak apa penyebab pemicu keributan. Pasalnya event yang seharusnya bisa menghibur masyarakat ini tiba tiba batal.
Ibarat seperti sudah mau Buang Air Besar (BAB) tapi pintu WC nya di kunci. Otomatis pasti mengamuk, dan ujung ujungnya ricuh.
Kenapa bisa batal? Padahal acara ini jauh – jauh hari sudah di persiapkan.
Menurut inormasi acara batal gegara pihak event organizer (EO) belum membayar vendor. Ini fakta atau tidak?? Hanya kepolisian yang bisa mengungkap.
Bisa saja ini sudah menjadi dugaan ranah penipuan secara berjamaah. Siapa yang menikmati uang tiket sebegitu banyak?? Bisakah uang dari masyarakat yang membeli tiket abal – abal ini bisa kembali secara utuh?? Entahlah.
Apa kabar tiga orang dari pihak EO yang di amankan oleh kepolisian??
Fenomena seperti inilah menurut pandangan saya pribadi betapa memalukan dan mengecewakan banyak orang, apalagi ini event hajat untuk orang banyak.
Dalam keterangan pihak kepolisian pihak EO belum menyelesaikan kewajiban ke pihak vendor sound system. Nilainya seratusan juta rupiah.
Diketahui, konser itu sedianya menampilkan band Superman Is Dead (SID), Koil, Rebellionrose, Stand Here Alone, MCPR, dan Havinhell. Konser akhirnya batal hingga menyulut emosi penonton yang sudah membeli tiket dan datang ke lokasi. Sejumlah penonton pun mengamuk dan merusak sejumlah tenda dan pagar pembatas.
Para penonton banyak yang menanyakan tentang uang pembelian tiket sebesar Rp 120 ribu.
Tim redaksi.