Singapura – Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad berkomentar soal krisis Rohingya di Myanmar. Mahathir menyebut pemimpin de-facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, sedang berusaha ‘membela yang tidak boleh dibela’ terkait kekejaman militer Myanmar terhadap etnis minoritas muslim Rohingya.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (13/11/2018), komentar itu disampaikan Mahathir di sela-sela menyampaikan pidato dalam kunjungan di Singapura. Mahathir menjawab pertanyaan soal bagaimana Myanmar dan Suu Kyi menangani isu Rohingya.
“Akan terlihat bahwa Aung San Suu Kyi sedang berusaha membela apa yang tidak boleh dibela,” sebut Mahathir dalam komentarnya.
“Mereka sebenarnya menindas orang-orang ini hingga membunuh mereka, pembunuhan massal,” imbuhnya.
Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Agustus lalu membeberkan soal operasi militer Myanmar dengan niat genosida yang dimulai tahun 2017. Operasi militer Myanmar itu membuat ratusan ribu warga Rohingya melarikan diri dari wilayah Rakhine dan mengungsi ke Bangladesh.
Otoritas Myanmar telah menyangkal sebagian besar tuduhan yang disampaikan dalam laporan PBB itu. Dalam pernyataan sebelumnya, Suu Kyi menyatakan bahwa pemerintahan sipil yang dipimpinnya tidak seharusnya menanggung seluruh tanggung jawab atas krisis Rohingya, karena militer ikut memiliki peran politik yang kuat di bawah konstitusi Myanmar.
Menurut pernyataan yang dipersiapkan untuk pertemuan regional Asia Tenggara, negara-negara Asia Tenggara akan menyerukan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kekejaman di Rakhine, Myanmar untuk ‘bertanggung jawab penuh’. Pernyataan itu menunjukkan posisi lebih keras dari sebelumnya.
Sementara itu, pekan ini, Amnesty International mencabut penghargaan HAM bergengsi yang pernah diberikan kepada Suu Kyi. Penghargaan bernama ‘Ambassador of Conscience Award’ itu dicabut karena Suu Kyi dianggap mengkhianati nilai-nilai yang pernah dipegangnya.
“Kami sungguh kecewa karena Anda tidak lagi mewakili simbol harapan, keberanian dan membela HAM tanpa syarat. Amnesty International tidak bisa membiarkan status Anda sebagai penerima Ambassador of Conscience terus berlanjut dan dengan kesedihan besar kami dengan ini mencabutnya dari Anda,” demikian pernyataan Sekjen Amnesty International, Kumi Naidoo.
Sumber: detiknews.com