Lintasindonews, Dengan sistem demokrasi perwakilan yang berlaku di Indonesia saat ini, rakyat setuju menyerahkan pengelolaan negara ini di pundak para anggota Dewan.
Keputusan- keputusan penting, termasuk penyusunan konstitusi, yang diambil para wakil rakyat tersebut akan sangat menentukan masa depan bangsa.
Karena itu, seharusnya para wakil rakyat diambil dari jiwa-jiwa terbaik dari bangsa ini.
Namun, sudahkah jiwa-jiwa terbaik bangsa ini yang mengisi posisi penentu masa depan bangsa tersebut? Kenyataannya, beberapa tahun terakhir, sosok wakil rakyat, khususnya DPR, terpuruk dan menjadi sorotan publik.
Saat ini kinerja anggota DPR dinilai buruk dan bermasalah secara etika, mulai dari kunjungan ke luar negeri yang tidak jelas pertanggungjawabannya hingga pengadaan fasilitas kerja yang mewah.
Untuk itu Adiat Santoso yang biasa di sapa Edot, akan menjawab semua itu. Kriteria di atas yang tidak sesuai dengan Marwah seorang wakil rakyat akan di buktikannya, tidak semua wakil rakyat seperti itu. Dengan cara menjadi bakal calon legislatif daerah di kabupaten sragen.
Langkah yang di buat Adiat adalah dengan membentuk relawan yang di sebut Renchange Adiat Santoso (kamus kata Jawa Renchange yang berarti kawannya).
Edot siap menyerahkan jiwa raganya untuk bumi Pertiwi ini, tekad perjuangannya dalam membela wong cilik sudah mendarah daging bahkan telah mengalir setiap sel-sel darahnya dan merasuki di setiap inchi tubuhnya.
Jiwanya akan berontak jika tidak ada rasa keadilan bagi wong cilik, Ia siap menjadi tempat bernaung dalam menampung aspirasi bagi masyarakat.
“Jadi wakil rakyat itu adalah sebuah hak setiap orang, namun jangan berorientasi hanya dikarenakan gaji yang besar tapi lebih kepada amanah untuk memenuhi harapan masyarakat atau konstituen,” ungkap Adiat.
Menurutnya, orang bisa berpikiran menjadi wakil rakyat adalah sebuah kesempatan karena hanya terbersitnya sepengal saja, yakni gaji, tunjangan ataupun insentif yang diasumsikan besar.
Tapi tuntutan secara kepartaian dan konstituen serta integritas selaku wakil rakyat kerap tidak dipikirkan banyak orang.
“Ya, kalau berpikirnya hanya gaji, anggota dewan selalu nantinya akan dicap minor dalam kinerjanya,” tukasnya.
Adiat Hanya ingin menaruh harapan, paradigma penilaian kinerja dewan yang selalu santai harus dibuang secara total, setidaknya kata dia sudah saatnya para caleg membuka wawasan dan cara pikir masyarakat.
“Kinerja lembaga legislatif tidak lain memperjuangkan aspirasi dari amanah yang dipercayakan, dan harapan saya dapat berguna bagi bangsa dan negara dalam setiap pengabdian hidup, “pungkasnya.
Redaksi