
Penulis: Eyang Abiyoso
OPINI, Bencana, menurut ilmu alam adalah gejala perubahan alamiah. Menurut orang Jawa disebut ilmu titen dari hasil perhitungan ilmu Falak dan perbintangan, kemudian disebut “ilmu petung”.
Jangka Jayabaya, mendasarkan kepada “ilmu petung”, setelah terjadi tahun kembar (2020), diramalkan, dunia akan mengalami perubahan total. Kembali ke titik nol. Tahun kembar itu ditandai dengan tahun keloro-loro. Dunia dan seluruh isi alam, mengalami sakit dan kesulitan disegala bidang secara merata.
Mengapa sakit?? tentu ada sebab ketidakseimbangan alam. Terjadi kerusakan dan kekacauan sistem kehidupan.
Sepertinya tidak kebetulan. Sebab ramalan itu ditetapkan 700 tahun yang lalu. Sesuai perhitungan, tahun 2020 saat yang dimaksudkan. Saat pandemi tengah berjalan sampai sekarang.
Fakta yang perlu dijadikan pijakan menentukan sikap. Bahwa saat inilah, waktu yang tepat untuk bertaubat. Dalam bahasa Jawa, taubat bermakna “bali asal”. Yakni mempertanyakan semua hal dalam hidup ini, dari manakah semua ini berasal. Apalagi pandemi ini sudah memberi isyarat tutup mulut.
Maksudnya merenungkan dalam hati, kenyataan diri untuk introspeksi. Bertanya dan menjawab sendiri apa yang dialami.
Selain tutup mulut, kita juga dipesankan tinggal di rumah, dan menjaga jarak. Semua sinyal itu muaranya agar kita faham bahwa kita punya rumah tempat tinggal. Rumah dimana kita lahir dan dibesarkan. Dirumah itulah manusia kenal dengan orang tua dan leluhur dengan segala tata budaya serta tata spiritual yang diwariskan.
Jika kita mampu secara sadar dan ikhlas meletakkan emosi, menerima kenyataan itu sepenuh hati, alam pun akan pasti merestui. Ketika masyarakat di dunia ini melakukan hal yang sama untuk kembali kepada tatanan yang disepakati masing2, dunia akan kembali tentram.
Saat ini, semua aspek yang berkaitan dengan kehidupan, kena dampak akibat gejala alam ini. Mulai dari sistem ideologi, politik, pendidikan, budaya, ekonomi, keyakinan/agama dsb. Semua terkoreksi dan perlu penataan ulang, kembali ke keadaan mula pertama atau saat kondisi nol. Menurut penanggalan Aboge, sistem penanggalan Jawa Kuna, atau disebut juga tahun Saka 1954 adalah tahun kembali ke periode awal atau tahun Alif.
Pada saat seperti ini, masyarakat Jawa diajak napak tilas meniti perjalanan leluhurnya. Kembali kepada kemurnian nilai2 luhur ajaran aklaq budi dan budaya bangsa.
Selama ini, manusia sdh melampaui batas kewajaran dalam hidup bernegara. Sebagai warga suatu negara, kewajiban pertama setelah bakti kepada orang tua, kemudian kedharmaan kepada negara. Memahami dengan benar kewajiban sebagai warganegara yang seharusnya tdk membela dari segala ancaman ideologi dari luar.
Ketidak fahamannya terhadap nasionalisme, menjadi sebab, lupa membela kepentingan budaya negara kita sendiri.Akibatnya leluhurnya sendiri disingkirkan dan ditinggalkan. Saat ini saat yang tepat untuk bertaubat, agar selamat.
Setya tuhu putra wayah.