LINTASINDONEWS.COM – GUNUNGKIDUL, Petilasan Gedhong Lengis merupakan situs yang bersejarah secara geografis terletak Padukuhan Balong Kalurahan Balong, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Tempat ini berada di sebelah barat Pantai Watu lumbung dan sebelah timur Pantai Wediombo, situs ini merupakan petilasan yang memiliki latar sejarah yang cukup panjang, jumat, 31/03/2023.

Pada hari kamis kliwon (30/03/2023) pukul 13:00 WIB,para sesepuh dan tokoh masyarakat kalurahan Balong , Kapanewon Girisubo telah mengadakan adicara mblebet lawe (nutup kain) di salah satu situs yang bersejarah di Balong dinamakan petilasan Gedong Lengis.

Adicara ini dihadiri oleh kerabat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yaitu RM.Kukuh Hertriasning (Ndoro Aning) merupakan cucu Sri Sultan Hamengku Buwono ke VIII bersama istri Nine Ganda Prasari (Ndoro Sari).

Disampaikan oleh Ndoro Aning, masyarakat dan sesepuh sekitar sudah percaya serta meyakini bahwa situs ini merupakan peninggalan sejarah dari peradaban dari mulai jawa barat masuk ke Jawa tengah sehingga masuk ke Mataram Yogyakarta sampai Gunungkidul sekarang ini.

Gedong Lengis merupakan sejarah dari kerajaan Galuh yang berada di Jawa Barat (Kabupaten Ciamis).Menurut cerita yang berkembang dari masyarakat Balong, sejarah ini terjadi di abad yang ke VIII.

Saat itu dikisahkan ada permaisuri dari kerajaan Galuh telah sampai di Gunungkidul , kemudian melahirkan putranya yang diberi nama Joko Mursodo pada akhirnya menjadi raja di kerajaan Galuh kemudian berkembang menjadi kerajaan Pajajaran.

Dijelaskan oleh Ndoro Aning untuk memperingati sejarah ini dilakukan upacara setiap tahun sekali.Seperti adanya tradisi Nyadran diperingati oleh masyarakat sekitar Balong dan luar daerah sebagai wujud sedekah dan permohonan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen kedepan juga memohon semoga kerabat saudara diberi ketentraman hati kekuatan lahir batin akan hasil panen yang melimpah dan tentu saja menuju kesejahteraan masyarakat ,sehingga setiap tahunnya diadakan pada hari Kamis kliwon.

“Sehubungan dengan blebet lawe (nutup kain) upacara yang dilakukan adalah mengadakan do’a bersama, setelah itu kemudian dilakukannya pemasangan kain putih pada Petilasan berbentuk rumah kecil dengan ukuran 3 x 4 meter terbuat dari kayu jati. Secara melingkar kain dipasang dari kiri ke kanan.Hal ini dilakukan supaya petilasan Gedhong Lengis tetap terawat dengan baik,” jelas Ndoro Aning.

Sehingga setiap tahunnya upacara ini tetap dilaksanakan.Berkat kesadaran dari masyarakat sekitar akan pentingnya Nguri -uri (melestarikan) tradisi dari nenek moyang, pada akhirnya menjadi situs yang sangat berharga terhadap peradaban sejarah khusunya di Yogyakarta.

“Ini merupakan bukti peninggalan sejarah sehingga di tutup melingkar dengan kain sebagai upaya bahwa situs ini dilindungi masyarakat sebagai salah satu kuatan lahir batin, ” imbuh Ndoro Aning.

Sesepuh masyarakat balong bernama Wardi menyampaikan harapan kedepanya peninggalan sejarah ini terus di lestarikan oleh regenerasi dan mohon supportnya dari Dinas Kabudayaan Kabupaten Gunungkidul , mudah-mudahan nantinya bisa menjadi wisata religi dengan anggaran dana is (Dana Istimewa).

“Harapan kedepanya situs Gedong Lengis ini tetap terjaga,terus dilestarikan dan menjadi objek wisata religi, “pungkas Wardi.

 

(Yanto)

SHARE