Miniatur lapangan desa sambiduwur

FILOSOFI, Filosofi kearifan lokal adalah pencarian kebijaksanaan atau kearifan yang berlaku dalam suatu daerah atau tempat tertentu. Kearifan lokal merupakan pandangan hidup dan ilmu pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Kearifan lokal dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti cerita rakyat, peribahasa, bahkan lahirnya sebuah nama yang bermanfaat untuk masyarakat umum.

Kadus IV Giminanto saat di konfirmasi

Seperti halnya nama lapangan desa yang ada di desa Sambiduwur, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah memiliki nama yang unik.

Gelanggang Olah Raga milik masyarakat desa Sambiduwur ini diambil dari nama para pejabat tertinggi di desa, yakni nama-nama kepala desa yang menjabat sejak jaman Belanda hingga sekarang.

Kepala desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah:

1. Marto Suharjo ~

2. Sulamto Tahun 1969 – 1989

3. Suwardi Mangku Wardoyo Tahun 1999 – 2007

4. Kliwon Tahun 2007 – 20013

5. Triyono Tahun 2013 – 2019

6. Kliwon 2019 – hingga sekarang

Nama lapangan desa tersebut di beri nama Marsudiwono sesuai fililosofi Jawa yang berarti melestarikan hutan untuk generasi penerus untuk aset desa.

Ide dan kreativitas pemberian nama tersebut adalah Giminanto selaku Kadus 4 dan Sadimin kaur pemerintah, yang tertuang diprasasti tahun 2023.

Sekilas sejarah lapangan sambiduwur pada tahun 2003 dan 2004, saat Megawati menjabat sebagai Presiden ada gerakan tanam pohon di kas desa.

Untuk mencerminkan pelestarian alam diabadikan di Gelanggang Olah Raga Desa Sambiduwur nama diambil dari urutan kades yang telah menjabat.

Saat di konfirmasi Giminanto Kadus IV, menyatakan pemberian nama lapangan Marsudiwono memiliki makna filosofis yang mencerminkan nilai-nilai, harapan, dan kearifan lokal masyarakat.

“Tujuannya agar bisa nguri uri (melestarikan) untuk anak cucu kelak, untuk generasi penerus. Jangan sampai kita menebang karena ada perdes karena Milik desa, pohon jati yang kami tanam sudah 21 tahun ini umurnya, “ujar Giminanto, Rabu (18/12/2024).

Masih Kata dia, Tadinya tanah tersebut hanya oro-oro Sebagai pangonan (gembala kambing dan sapi), dan saat itu terbengkalai dan sekarang sudah menjadi kas desa.

“Harapan kami kedepan lapangan desa bisa untuk turnamen sepakbola dan anak muda bisa menikmati, dan jika lapangan desa laku untuk kegiatan olahraga bisa menjadi pemasukan operasional, saat ini ada tanaman turus serta joging track sedang di lanjutkan, sehingga nyaman untuk masyarakat yang datang, “terangnya. (Red)

 

Editor: Rian

SHARE