KLATEN – Seorang pria paruh baya warga Dukuh Mojopuro, Desa Beteng, Kecamatan Jatinom- Klaten, hidup digubuk reot yang berdindingkan ayaman bambu dan beratapkan spanduk bekas, hidup sebatangkara menyendiri ditengah ladang milik tetangganya, adalah Supono alias Entit (50) sudah belasan tahun tinggal sendirian di tengah ladang, untuk menghidupi kebutuhan pokok sehari -hari, Supono kerja serabutan yang diberikan oleh tetangganya.
Sementara, Saat diwawancarai Supono Alias Entit menceritakan, “saya hidup disini sudah lebih dari 16 tahun, hidup sendiri ditengah ladang, ladang ini bukan milik saya, tapi milik tetangga saya, untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari saya kerja serabutan yang penting halal. Ya kalau ada warga minta bantuan, saya bantu,
“Saya di sini ini cuman numpang tanah milik orang. Pernah pemilik ladang datang ke sini bertanya kenapa saya tinggal di sini. Tapi saya jawab kalau tidak di sini mau kemana, terus saya dibiarkan,
“enthit melanjutkan, pada saat ada tsunami 2004 saja saya sudah di sini. Masih ingat saya, jadi sudah lama,” cerita Supono dengan dialek bahasa Jawa.
Supono juga bercerita, bahwa sebelum memilih tinggal di ladang ini, dirinya pernah bekerja di beberapa kota. Terakhir kerja di Semarang sebelum akhirnya dia pulang kampung.
“Pernah merantau tapi sudah lama. Pernah di Semarang ikut kerja di proyek tapi sekarang diminta bantu-bantu masyarakat apa saja juga mau asal halal. Entit mengaku tak lagi memiliki orang tua. Sedangkan dia memiliki tiga orang saudara.
“Adik saya yang satu ada di Jakarta dan satunya lagi ada di Semarang, di Dukuh Mojopuro ini, ada kakak tertua saya tapi dia sudah berumah tangga sendiri, ketika ditanya oleh Awak media kalau dibuatkan rumah permanen, Supono menjawab, “ya mau sekali mas” kalau dibuatkan rumah, tapi ya selama ini saya sudah di sini, mau bagaimana lagi. Dulu ada perangkat Desa Beteng yang datang kesini, saat membangun tampungan air di utara Dusun Mojopuro ini,” harap Supono.
Hasil pantuan awak media dilokasi tempat gubuk tempat tinggal Entit itu berada di tengah tegalan ladang yang tampak mirip hutan. Pohon-pohon di ladang itu berupa tanaman keras, seperti durian, nangka dan sejenisnya yang berusia tua di sekitar gubuk.
Jarak gubuk dari jalan desa sekitar 100 meter melewati jalan setapak. Sedangkan gubuk yang ditinggali oleh Supono alias Entit sebagian terbuat dari ayaman bambu dan beratap beberapa lembar spanduk bekas yang sudah rusak, tidak ada jaringan listrik di dalam gubuk itu, hanya memiliki tempat tidur berupa balai- balai serta beberapa perabotan alat memasak ala kadarnya.(Seno).