LINTASINDONEWS.COM – BOYOLALI, Ketoprak adalah pertunjukan seni rakyat, yang menggabungkan antara unsur drama, tari, suara, musik, dan sastra. Ketoprak merupakan seni pertunjukan rakyat yang berasal dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Akan tetapi, waktu dan tempat lahir serta siapa penciptanya belum diketahui secara pasti.
Seni pertunjukan ini kerap disamakan dengan ludruk. Namun, sebenarnya keduanya memiliki banyak perbedaan.
Lihat juga YouTube Sidomulyo Budoyo klik link di bawah ini 👇:
Bila di lihat dari cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat, asal seni ketoprak bermuka dari permainan yang dilakukan oleh gadis desa ketika bulan purnama.
Permainan dengan irama dan ritme musik yang teratur itu disebut gejogan dan kotekan. Adapun nama ketoprak diambil dari bunyi alat musik pengiringnya, yang menggunakan lesung (alat penumbuk padi), seruling, terbang, dan kendang.
Alat musik tersebut akan menghasilkan bunyi dung dung prak prak, hingga akhirnya disebut ketoprak. Pada zaman dulu, masyarakat Jawa percaya bahwa dengan memainkan alat musik lesung akan menghadirkan Dewi Sri atau dewi kesuburan ke bumi.
Awalnya, seni pertunjukan ketoprak tergolong sakral karena hanya dimainkan di dalam lingkungan keraton. Namun, sekitar tahun 1922, pertunjukan ketoprak mulai bisa dinikmati oleh kalangan umum. Meski bermula di Jawa Tengah, seni pertunjukan ketoprak kemudian berkembang di seluruh wilayah Jawa.
Seperti halnya ada sebuah desa di wilayah Boyolali utara, tempat yang tersembunyi dan jauh dari keramaian tidak di sangka banyak seniman muda dan berbakat, yang siap melestarikan kesenian ketoprak ini.
Sebut saja dusun boja dukuh sidomulyo desa Krobokan kecamatan juwangi kabupaten Boyolali provinsi Jawa tengah, yang menamakan kethoprak Sidomulyo.
Nama ini diambil dari wilayah dukuh mereka yakni dukuh sidomulyo, sebagai identitas asal muasal kethoprak ini.
Kethoprak Sidomulyo sendiri beranggotakan masyarakat sekitar, dengan tujuan untuk memberdayakan dan menggali potensi yang ada, baik orang tua,vremaja hingga anak anak di didik untuk melestarikan dan mencintai seninyabg tergolong sudah langka ini.
Saat ini sebagai pengurus Sidomulyo budoyo sebagai pelindung Ngadiran SH Anggota DPRD Boyolali fraksi PDIP komisi 3, kemudian Sutradara oleh Eko Pujiyanto Ketua paguyuban Muhammad Sawari.
Untuk sistem menajemen di kelola secara terbuka, adil dan merata, dimana seni kethoprak tidak bisa menjadi komoditas tetap, namun hanya sebagai komoditas sampingan saja dalam menopang ekonomi.
Kethoprak Sido Mulyo sendiri sering tampil di acara pemerintahan, hajatan, bersih desa atau acara besar lainnya.
Ketika di wawancarai media lintasindonews.com Ngadiran di kediamannya, Sabtu ( 26/11/2022), menyampaikan seni kethoprak ia rintis kembali di tahun 2001, dan menurutnya nenek moyang dari warga desa Krobokan mayoritas sebagai berasal dari seni.
“Dulunya di desa kami, para orang tua berprofesi di dunia seni wayang dan kethoprak, dan saya dan teman – teman sejak kelas 6 SD sudah mengikuti seni kethoprak, ” ujarnya.
Lebih lanjut, Ngadiran juga menyadari seni memang tidak sempurna, menurutnya tuntutan jaman yang yang harus kita ikuti dengan kreasi – kreasi yang bisa memuaskan penonton.
“Untuk itu kami harus menjaga dan melestarikan seni warisan leluhur ini, karena seni kethoprak mengandung berbagai unsur seni, yakni seni adat, seni bicara, seni merias diri, sikap dan sebagainya, “jelasnya. (Rianto)